Cerpenku, coretanku
NING DAH Wahidah melipat kembali surat yang baru selesai dibacanya. Ia menarik nafas panjang dan menghebuskannya berkali-kali. Allah…ampuni hamba. Sekian lamanya hamba menggenggam dosa. Terimalah tobat hamba-Mu ini, Ya Allah… **** Tak pernah Wahidah membayangkan menjadi istri seorang kiai atau gus. Apalagi semasyhur dan sezuhud Gus Muhammad Zuhri. Dulu Wahidah hanyalah seorang santri yang mengabdi pada pesantren. Sejak MI sampai Aliyah ia sekolah dan berdomisili di pesantren itu juga. Dan Gus Zuh, panggilan akrab gusnya, adalah seorang gus yang baik hati dan tidak sombong. Yang selalu menyapa ramah pada santri-santri abahnya. Kemudian abahnya menjodohkannya dengan Wahidah. Kala itu Wahidah masih ragu. Ia sama sekali tak pernah bermimpi menjadi seorang ning dengan alasan tak ingin dipoligami. Sepengetahuannya, kebanyakan kiai atau gus beristri lebih dari satu. Tapi karena rasa sungkan dan pengabdiannya, ...